Bolehkah Berhenti Berharap?

 

Ilustrasi Cincin Emas. foto/istockphoto/tirto.id

Menjadi anak perempuan memang tidak mudah. Apalagi dengan usia yang sudah melewati angka dua puluhan. Sering banget aku curhatin tentang ini di blog yang judulnya "Ketika Teman Menikah". Tema masih sama tentang pernikahan. Ya, tema yang ndak akan habisnya, selalu dibahas.

Kenapa menjadi perempuan tidak mudah? Apalagi di budaya adat Minangkabau, eh tapi sepertinya hampir seluruh budaya masyarakat kita yang masih menganggap bahwa ideal menikah bagi perempuan itu ada patokannya, ya minimal dua puluh lima lah ya. Tetapi ideal menikah yang ditetapkan banyak orang ini, apakah juga ideal untuk semua perempuan? aku rasa sih enggak yaa. Setiap orang punya kondisi yang  berbeda. Dan menikah adalah pilihan yang boleh saja mereka lakukan dan mereka tidak lakukan. Nah, meskipun dalam sunnah nabi dianjurkan menikah untuk menyempurnakan agama, tetapi masih kita temukan orang yang memilih tidak menikah meskipun taat agamanya.

Ada perempuan yang sulit menentukan pilihan untuk menikah. Mungkin karena banyak dikecewakan malah sampai terkesan putus asa. Sebenarnya ndak putus asa juga, tetapi berhenti berharap dengan orang yang mencoba mendekat, tak berharap banyak.

Perempuan di usia dua puluh lima, rentan sekali menerima desakan dari sana sini, padahal yang nanti menjalani kehidupan adalah diri sendiri bukan orang yang suka desak minta cepat menikah. Suka kesel sih, kalau di bilang pemilih lah, sok jual mahal lah, malah ada yang lebih parah, dibilang tidak usaha sama sekali.

Sebenarnya pengen aja bersikap bodoh amat sama situasi yang sekarang mungkin kita sendiri hadapi atau mungkin ada saudara perempuan yang didesak untuk segera menikah, padahal banyak pertimbangan yang harus mereka lalui. Banyak orang mengentengkan dan memudahkan lidah mereka berucap dengan santai tanpa bersalah.

Jadi, kalau ada perempuan yang mengalami situasi yang mereka sendiri tidak suka, mending bilang saja dan utarakan dengan baik kepada orang tua yang sering banget desak anak perempuannya menikah. plus jangan lupa Banyakin doa aja minta yang terbaik dari Allah. Kalau doa tidak di jawab di dunia, setidaknya kita udah nabung doa di akhirat.

Sekarang yang perlu dilakukan adalah menjadi versi terbaik dari diri sendiri, nggak usah dengerin apa kata orang. Menikah bukan perlombaan, lama menikah apa salahnya? Jika bukan di dunia dipertemukan mungkin di akhirat. Perbanyak istighfar, supaya tetap sabar dan tabah menerima cercaan dan desakan dari orang-orang. 

Mungkin kita tidak boleh berhenti berharap, karena biasanya harapan yang membuat kita kuat dan Bahagia. Tetap buka hati jika ada orang baik yang ingin mengenal kita lebih jauh. Dan jika belum berjodoh juga, tidak apa-apa, setiap orang yang singgah memberikan pelajaran kehidupan kepada kita. Siapapun kamu perempuan yang merasakan hal yang sama, semangat ya. Memang berat tapi kita bisa melaluinya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Raih Prestasi Internasional Berkat Menulis

Bernostalgia di Aplikasi Facebook

Writing By Heart