Menjadi Orang Tua

 


Foto: Dokumentasi Pribadi


Sudah lebih dari sebulan aku menjadi seorang ibu. Menjadi ibu ternyata tidak mudah. Aku menemui berbagai tantangan  dan cerita yang sempat membuat aku down. Diawali dengan cerita aku yang sulit mengasihi anakku karena area di payudaraku lecet dan sempat aku berpikir untuk memberikan anakku sufor. Sufor bisa diberikan kalau memang alasan medis, sementara aku tidak. Sampai akhirnya aku dan suami berusaha dengan mendatangi dokter anak dan dokter laktasi. Solusi yang aku dapatkan yaitu pelekatanku yang dibenahi sehingga aku bisa Kembali mengasihi anakku. Semoga aku dapat mengasihinya sampai dua tahun, sesuai ajaran dalam kitab agamaku.

Anakku adalah peri kecil yang banyak mengajarkan aku, meskipun umurnya belum genap dua bulan saat aku menulis ini. Dia sangat peka dan bisa paham apa yang aku sampaikan. Misalnya, aku mengatakan, “sebentar, ibu sholat dulu ya”, dia akan dengan cepat berhenti menyusui denganku. Kadang  aku ajak dia bercerita dan bernyanyi, dia sangat antusias mendengarnya.

Peri kecilku ini mengajarkan aku untuk sabar dan tenang. Ketika aku merasa tidak sabar, dia akan memperlihatkan pemberontakan juga dengan menangis sejadi-jadinya. Ketika aku memikirkan sesuatu, dia juga resah dan gelisah. Konon kata orang, anak bisa merasakan isi hati ibunya.

Aku masih perlu banyak belajar, setiap hari aku berusaha untuk menjadi Ibu yang terbaik untuk anakku Tazkya. Iya aku dan suami memberi Namanya Tazkya Hanania Setiaji yang berarti perempuan cerdas, cantik dan visioner yang dikasihi Allah, nama akhir diambil dari nama suamiku. Aku berharap anakku bisa menjadi yang terbaik untuk dirinya sendiri. Pada intinya dia mengerti dan paham bahwa dia diciptakan di dunia untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah. Terbaik untuk dirinya sendiri berarti dia mengetahui bahwa dia harus memiliki versinya sendiri. Ketika dia menemukan siapa dirinya, mencintai apa yang ada padanya, itu sudah mengarah kepada salah satu usahanya menerima apa yang sudah Allah berikan padanya. Anakku yang shalihah.

Kehadiran Tazkya mengubah rutinitasku sebagai seorang Ibu, biasanya aku sibuk dengan kegiatanku, sekarang aku harus membaginya dan berusaha memilih prioritas mana yang aku dahulukan. Semuanya aku nikmati dengan senang hati, karena ini adalah anugerah yang dititipkan Allah Kepadaku dan suami. Kami berupaya memberikan yang terbaik untuk Tazkya. Sebagai seorang Ibu aku merasa masih banyak harus belajar, banyak yang tidak aku ketahui dan banyak hal yang tidak aku mengerti.

Tetap saja, dalam segala hal aku dan suami memastikan kami selalu hadir dalam setiap perkembangan Tazkya, anak yang shalihah, cerdas dan kebanggaan orang tua. Apapun yang saat ini kami hadapi semoga kami tidak lengah tentang arti pentingnya pengasuhan yang baik bagi anak. semoga kami bisa mencontoh Nabi dalam mengasuh anak dan juga menerapkan apa yang sesuai di keluarga kami.

Setiap keluarga memiliki tantangan dan cerita masing-masing. Tidak ada yang boleh membandingkan dan menyamaratakan. Boleh jadi apa yang baik menurutmu belum tentu baik menurut Allah dan boleh jadi buruk menurutmu belum tentu buruk menurut Allah. Selalu berhusnuzon kepada Allah dan selalu berusaha berdoa diberikan kemudahan atas segala ujian yang ada di depan mata.

Aku hanya ingin menyampaikan bahwa menjadi orang tua adalah suatu anugerah dan ujian. Anugerah karena sudah diberikan putri kecil yang manis dan ujian karena bertanggung jawab dalam mendidiknya menjadi anak yang berguna.

Semoga menjadi orang tua membuat kami menjadi lebih banyak belajar semakin baik kedepannya. Belajar tentang pengasuhan yang tepat dan menjadi orang tua yang dapat mempertanggungjawabkan apa yang kami sudah ajarkan nantinya kepada anak-anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Raih Prestasi Internasional Berkat Menulis

Bernostalgia di Aplikasi Facebook

Writing By Heart