Kenapa Saya jadi Guru?



Awalnya menjadi seorang guru adalah mimpi besar ibu saya. Beliau menginginkan anak bungsunya menjadi guru. Mengapa? Karena cita-cita itu adalah keinginannya yang belum sempat terwujud. Kata ibu jadilah bermanfaat dengan menjadi seorang guru. Meski banyak profesi lainnya, tapi menjadi guru adalah amal jariyah yang tidak pernah putus pahalanya.

Waktu itu saya tidak tahu apakah itu mimpi yang terbaik untuk saya. Saya tidak begitu mencari tahu profesi ini. Saya hanya sibuk dengan bermain tanpa memikirkan rencana panjang kedepan. Jadi bisa dibilang saya tidak begitu serius belajar, saya sering bermain-main. Meskipun bukan termasuk anak yang nakal, tetapi saya termasuk anak yang pemalas. Jujur, untuk membaca dengan lancar itu saat duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Itupun setiap malam harus dimarahi dan diajari oleh kakak saya di rumah.

Ketika masuk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Saya melihat ibu saya tiap pagi menyiapkan segala kebutuhan saya dan kakak saya. Sehabis itu beliau akan berangkat ke pasar untuk berdagang. Saat itu saya mengamati ibu saya, ibu terlihat sangat letih, apa yang harus saya lakukan untuk mengubah supaya ibu saya tidak lagi bekerja keras seperti itu. Apa yang harus saya lakukan supaya bisa mengurangi bebannya? Akhirnya saya bekerja keras untuk study saya. Bagaimanapun saya harus terus berusaha, meski tidak menjadi juara di sekolah, saya berhasil mendapatkan peringkat 10 besar di sekolah.

Motivasi saya terus bertambah, saya dapat membuat ibu saya bangga dengan prestasi saya yang terus meningkat. Saya bisa membuat senyum di wajahnya saat menerima hasil belajar saya. Alhamdulillah, di sini saya bersyukur bahwa saya tersadar dengan cepat untuk belajar, jika saya terlambat menyadarinya mungkin saya akan menyesal sampai hari ini.

Seperti yang dikatakan di awal tadi, bahwa ibu saya mendorong saya untuk menjadi seorang guru. Sebenarnya beliau memberikan kebebasan kepada saya untuk memilih menjadi apa saja, asal bermanfaat untuk orang banyak. Namun, saya melihat jauh dilubuk hatinya, ingin saya menjadi pendidik. Akhirnya saat-saat memutuskan masa depan saya, saya akhirnya memilih untuk menjadi seorang guru, Alhamdulillah Tuhan mengabulkan doa saya dengan diterimanya saya di salah satu Universitas Terbaik di Sumatera Barat.

Saya bertekad untuk belajar sungguh-sungguh, masa kelulusan saya di kampus membuat beliau bangga dan mencium saya berkali-kali. Beliau bangga karena saya menjadi lulusan terbaik di Jurusan dan masuk jejeran aktivis terbaik semasa di kampus. Saya tahu perjuangannya untuk masa depan saya tak pernah terbalas dengan apapun. Saya menyadari saya bukan berasal dari keluarga yang berada saat itu. Saya bersyukur, Tuhan memudahkan langkah saya untuk membahagiakan ibu saya.

Pada akhirnya saya bisa mewujudkan mimpi beliau dengan terus konsisten menjadi seorang guru dan saya bersyukur bisa berada di posisi ini. Bagi saya Menjadi guru adalah tanggung jawab dunia akhirat.

Saya mencintai profesi ini dan bersungguh-sungguh serta memaksimalkan apa yang saya lakukan. saya hanya berharap segala ilmu yang saya miliki dapat tersampaikan kepada siswa-siswa saya. Saya ingin mereka juga bersungguh-sungguh untuk terus belajar. Setiap orang memiliki kecerdasan namun tidak semua guru menemukan cara untuk mengasah kemampuan si anak. Tidak ada siswa yang bodoh, yang ada hanya guru yang tidak mampu mengajarinya. Aku ingin menjadi guru yang sabar, guru yang bisa menginspirasi siswa dan menjadi kebanggaan bagi mereka. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Raih Prestasi Internasional Berkat Menulis

Bernostalgia di Aplikasi Facebook

Writing By Heart