Kadang aku berpikir untuk jadi laki-laki

 
Aku pernah sesekali berpikir untuk menjadi seorang lelaki yang punya tenaga yang kuat, mampu mengangkat semua beban atau mengangkat sesuatu yang wanita tidak bisa lakukan. Mungkin karena aku memiliki banyak kakak laki-laki jadi aku merasa ingin seperti mereka.
Aku sempat sedih karena harus melihat ibu mengangkat ember-ember ketika hendak berjualan dipasar terutama dibalai. Anak laki-laki ibu tidak bisa membantu karena bekerja, sementara aku hanya mampu mengangkat setengah dari isi ember saja.
Entah mengapa semua terasa sulit ketika sudah berbicara tentang tenaga. Memang wanita diciptakan untuk melemah akan hal itu. Aku sadari bahwa tidak baik jika aku menyalahi kodratku sebagai wanita, tetapi aku selalu sedih jika tidak bisa melakukan sesuatu yang aku sangat ingin lakukan.
Ibu selalu mengangkat dan menopang beban berat dikepalanya. Bukan hanya itu, sering kali ibu menjajakan kacang rebus di toko-toko, karena kehidupan dulu semakin pahit. Aku juga selalu membantu ibu berjualan sayangnya tidak semua bisa aku bantu, ketika sekolah, aku tidak bisa membantu ibu.
Bagi ku mejadi seperti ibu yang aku punya sangat sulit ditiru. Aku sangat mengaguminya dan sangat bersyukur bisa memiliki ibu seperti dia. Ibu juga begitu, mungkin karena aku anak perempuan satu-satunya, beliau selalu bangga kepadaku. Meskipun aku belum sepenuhnya membanggakannya.
Aku berpikir seandainya aku bisa punya kekuatan seperti laki-laki, pasti aku bisa membantu ibu sepenuhnya. Membantu ibu berjualan pada waktu itu setiap hari. Tetapi, ibu berkata hanya aku anak perempuan yang paling diharapkan. Anak perempuan satu-satunya yang akan selalu bersama ibu.
Aku akan selalu menyayangi ibu dan membantu sebisa ku, walaupun aku tidak punya kekuatan dan tenaga seperti laki-laki, tetapi aku sungguh ingin membanggakan dan membantu ibu dengan cara yang lain. Aku menerima kodratku sebagai wanita yang tentu saja akan merawat ibu seutuhnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Raih Prestasi Internasional Berkat Menulis

Bernostalgia di Aplikasi Facebook

Writing By Heart