Menjadi seorang Guru adalah salah
satu mimpiku. Aku dahulunya ingin seperti Guru-Guruku. Akhirnya pada masa
kuliah aku masuk ke universitas yang pada intinya menjurus menjadi seorang Guru. Aku masuk jurusan yang sebelumnya kurang aku minati.
Tetapi, setelah berkuliah cukup lama, aku akhirnya menemukan titik nyaman di
jurusanku.
Aku mencoba menjadi Guru yang baik,
menjadi suatu tantangan besar karena mata pelajaran yang aku ajarkan hanya
berisi materi saja, sementara aksi nyata berupa tindakan harus terlihat pada
diri seorang anak seperti tingkah lakunya yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Aku mulai mengajar pada waktu Praktek
Lapangan, berlanjut menjadi tentor di bimbingan belajar di kota Padang, hingga
aku lulus kuliah dan sekarang mengajar di salah satu sekolah swasta di kota
Padang.
Aku tahu menjadi seorang Guru adalah
suatu pekerjaan yang sangat mulia. Mendidik anak bangsa dan mengajarkan tentang
sesuatu yang belum mereka pahami adalah pahala yang sangat besar. Makanya aku
selalu ikhlas dan memberikan keceriaan ketika di kelas.
Aku sadar, aku bukanlah Guru yang
cukup kompeten, terkadang juga aku merasa anak-anak didik ku lebih banyak hal
yang mereka ketahui, jadi ketika belajar kami seperti sharing dan melihat
kondisi nyatanya di kehidupan ini.
Aku menemukan berbagai tipe siswa.
Sewaktu Praktek Lapangan di SMP aku menemukan anak yang sangat nakal, entah
untuk mencari perhatian atau apalah, aku hanya menyikapinya dengan tatapan
sadisku (hehehe), tetapi setelah berakhir aku menagajar disana mereka malah
mengaku rindu dan sampai sekarang masih mengontakku walaupun aku tidak mengajar
disana lagi.
Saat ini, di tempat aku mengajar,
aku menemukan siswa yang unik-unik. Mereka punya kehebatan masing-masing. Aku
terbilang cukup akrab, banyak hal yang aku temukan dalam mengajar terutama
mengenal pribadi siswa. Bagiku, seorang siswa adalah teman tempat berbagi,
tertawa dan berkeluh kesah, mereka adalah salah satu alasan aku mampu bertahan
sejauh ini.
Jujur aku sangat membenci perpisahan. Ketika
menjadi Guru Praktek Lapangan aku sangat sedih kala itu, karena harus berpisah
dengan anak-anak disana, tidak tanggung-tanggung aku mengajar delapan kelas di
kelas vii. Aku sedih ketika mengucapkan kata perpisahan, tetapi aku bersyukur
karena sudah dipertemukan dengan mereka. Semoga mereka masih ingat dengan ku
dimanapun mereka berada,semoga sukses menyertai mereka.
Akhirnya aku juga akan berpisah mengajar
di sekolah yang sekarang. Aku pasti rindu ocehan mereka, tawa mereka dan cerita
mereka. Setiap pertemuan ada perpisahan, kalimat itu sangat benar adanya, aku
berharap mereka menemukan Guru yang lebih baik nantinya. Aku mengaku mereka
semua cerdas, sangat berbakat dan punya kehebatannya masing-masing.
Aku hanya ingin mereka terus
semangat belajar, tidak tidur di kelas lagi dan tidak mengobrol dengan teman
ketika Guru menerangkan. Aku ingin mereka menghargai diri mereka sendiri,
memperjuangkan mimpi-mimpi dan cita-cita mereka.
Aku akui aku juga punya banyak mimpi
yang belum terwujud, banyak hal yang ingin aku lakukan diluar sana. Aku rasa
mengajar selama satu tahun sudah cukup dulu, jika berkenan tuhan mempertemukan
kita lagi dalam kondisi yang tentu berbeda.
Aku menyayangi anak didikku.
Mengajari mereka dan melihat tawa mereka adalah suatu obat bagiku. Aku hanya
ingin bilang “Maaf saya belum cukup baik selama menjadi Guru kalian dan maaf
saya tidak bisa menemani kalian hingga lulus sekolah”, aku ingin mereka menjadi
orang yang berguna bagi diri mereka sendiri, keluarga, bangsa, negara dan
agama.
Terimakasih kepada siswaku tercinta
karena sudah mau diajar oleh orang yang masih kurang ilmunya dan masih banyak
kekurangan lainnya. Tetaplah jadi orang yang baik dimanapun kalian berada dan
selalu bersyukur dengan apa yang kalian miliki saat ini.
Komentar
Posting Komentar