Efek Membaca Buku Tentang Cinta (Menyatakan Perasaanku)



Mencintaimu adalah hal terindah dalam hidupku, membicarakan dirimu adalah vitamin yang membuatku dapat lebih bersemangat menjalani hidup. Aku mengetahui bahwa mencintai tanpa dicintai memang menyakitkan. Apa salahnya aku mencintaimu, meskipun kau tidak pernah tahu. Menyakitkan memang melihat kau selalu bahagia dengan orang lain yang nyatanya bukan bersama diriku.
Hey, aku tahu begitu banyak rasaku yang harusnya kau tahu, meski aku berkali-kali mencoba bersikap apa adanya didepanmu, aku tidak ingin kau merasa rasa ini menganggumu. Kau adalah orang yang bisa membuat aku merasa bahagia karena bicara denganmu membuat aku ingin berlama-lama mendengar suaramu, sekedar mendengar suaramu.
Rasa ini berawal dari mengagumi, menyukai sampai ke tahap aku mencintai. Aku membiarkan rasa ini terus tumbuh sehingga aku lupa bahwa kau tidak pernah benar-benar menata hatiku, kau malah memporak-porandakan dengan hiasan orang lain dihatimu. Aku bahagia didepanmu, setiap kali kau memperkenalkan “Dia” yang saat itu menjadi kekasihmu. Tiga bulan kemudian kau kembali bercerita padaku bahwa kau tidak cocok dengan dia yang dulu kau perkenalkan denganku. Jujur aku bahagia mengetahui kau putus dengan dia tetapi aku hanya memberi respon yang seakan mendukung kau memilih hati yang lainnya lagi.
Aku wanita yang terlalu malu mengungkapkan semua didepanmu, aku memendam rasa itu, mencoba kuat setiap kali kau tidak melihatku, kau memilih menetap dengan hati yang jelas-jelas tidak benar-benar menyukaimu dan aku tahu bahwa mereka hanya sekedar singgah tanpa mencintaimu lebih dalam.
Aku wanita yang menyamar sebagai teman dekatmu, kau begitu mudah menceritakan segalanya kepadaku, termasuk siapa yang dekat denganmu dan menjadi kekasihmu, aku selalu mendukung selama itu bisa membuatmu bahagia. Membuatmu bahagia sementara aku harus merasakan sakit, Apakah aku baik-baik saja? Ya tentu saja aku katakan aku baik-baik saja, meskipun aku harus menahan sakit ini sendirian. Aku tahu tidak selamanya mencintai itu menyenangkan, terkadang kita harus menahan untuk setiap sakit yang dirasa.
Aku berhenti untuk membuatmu terus bahagia, aku fokuskan diriku sendiri mencari kesibukkan sehingga aku bisa mulai mencoba melupakanmu, ternyata kau muncul dengan cerita yang sudah bisa ku tebak, kau bilang, kau tidak ingin lagi menjalin hubungan dengan orang lain secara main-main, kau menatapku dalam saat itu, aku salah tingkah?, tentu saja aku salah tingkah, aku mendengar dari bibirmu bahwa kau ingin aku menjadi kekasihmu, aku bahagia kau menyatakannya padaku, tetapi ternyata aku tidak begitu langsung menerimamu, aku secara spontan menyuruhmu untuk memilih hati yang lain. Mengapa aku tidak menerima kala itu? Karena aku tidak ingin kau menjadikanku pelampiasan atas rasa kesalmu terhadap wanita lain yang pernah singgah dihatimu, aku takut hanya aku yang benar-benar mencintaimu, aku takut kau tidak benar-benar mencintaiku.
Salah satu hal yang membuat aku tetap tidak akan menerimamu jika seandainya kau masih menginginkan aku menjadi pacarmu adalah aku memiliki prinsip yang ku pegang sejak dulunya. Meskipun aku mencintaimu, sangat mencintaimu, aku tidak ingin menjalin hubungan tanpa didasari dengan muara pernikahan. Biarlah saja aku tetap membawa rasa ini dan aku akan mencoba untuk perlahan baik-baik saja tanpa kabarmu.
Aku memilih menjauh, mencari hal-hal yang bisa melupakanmu. Apakah aku sudah siap menghilangkanmu dari memoriku? Aku pikir itu memang sulit, aku mencoba menata hatiku kembali, ku berharap aku tidak lagi memikirkan seperti dulu ku lakukan. Aku meyakinkan diriku bahwa aku harus memikirkan diriku sendiri sekarang, aku harus mencari kegiatan yang lain yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Aku meninggalkanmu dan berharap kau menemukan orang lain yang bisa membuatmu bahagia, ya, aku masih tetap saja memikirkanmu.
Jika Tuhan dengan baik mempertemukan aku lagi denganmu disuatu keadaan yang dimana aku dan dirimu memang berjodoh dan menyatu dalam suatu ikatan, maka aku akan sangat bahagia, ternyata cintaku terbalas. Namun jika tidak dan ternyata kita diberi jalan yang berbeda dan tidak pernah satu rasa berarti aku dan dirimu hanyalah sebuah cerita dibalik bungkusan pertemanan yang indah. Apapun yang terjadi dimasa depan, aku akan tetap bahagia menatap setiap takdir yang diberikan kepadaku. Meskipun tanpa bersamamu atau mungkin memang denganmu.
Aku berterima kasih kepadamu, aku sangat berterima kasih karena telah memberikan coretan cerita kepadaku, meskipun aku tahu tidak selamanya bahagia yang kau beri, tetapi aku akan tetap bersyukur, kau telah hadir dihidupku dan memberi warna yang tentu saja dapatku lihat meskipun terkadang gelap. Terimakasih untuk segalanya.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Raih Prestasi Internasional Berkat Menulis

Bernostalgia di Aplikasi Facebook

Writing By Heart