STIGMA TENTANG ASAL MUASAL PASANGAN HIDUP
foto by: Pijar Psikologi
Sebelumnya
maaf kalau ada yang tersinggung dengan tulisanku kali ini, tetapi stigma sering
sekali muncul di kalangan masyarakat kita. Stigma tentang pasangan hidup,
hahaha masih juga tentang pasangan ya.
Stigma
atau ciri negatif yang menempel pada diri seseorang padahal berasal dari alasan yang kurang
berdasar, mulai dari pernyataan begini,
“eh,
kamu nanti jangan nikah sama orang sunda ya”,
Aku
balik bertanya “memangnya ada apa dengan orang sunda?”,
Terus
dijawab begini “nah orang sunda ini kebanyakan pemalas, nanti kamu hidup susah.”
Aku nggak tahu dari mana asal landasan itu, apa karena bertemu satu orang sunda
atau mungkin ada orang yang trauma dengan orang sunda. Sebenarnya aku banyak
ketemu teman-teman dari sunda, tapi mereka rajin dan pekerja keras, mmmmmm
sepertinya stigma ini salah sekali hingga digeneralisasi.
Ada
lagi pernyataan seperti ini
“Jangan
nikah sama orang jawa, nanti kamu nggak bisa pulang kampung, nanti dikekang”,
Lah
ini juga nggak berdasar nih, memang aku berasal dari Sumatra, tetapi apa
salahnya kalau memang dapatnya orang jawa. Kan masih manusia yang baik dan
bertanggungjawab ya. Stigma ini berkembang sangat banyak di lingkungan kita.
Nah,
yang terakhir,
“jangan nikah sama orang minang, sesama minang
nanti susah, keras kepala dan susah berkembang, banyak maunya”,
mau
ketawa tapi gimana yaa. Menurutku ini sudah pasti salah, sama halnya dengan
yang tadi masih tentang stigma yang salah sasaran.
Stigma
yang menempel pada 1 orang harusnya tidak dipukul rata dengan mengatakan kalau
semuanya juga sama. Setiap orang itu berbeda-beda, dari sekian kisah yang
mungkin bisa jadi iya, tapi juga banyak akhirnya hidup Bahagia dan jauh dari
stigma yang disampaikan di atas.
Tidak
penting orang itu asalnya dari mana, paling utama harus jelas bahwa orang yang
nanti jadi pasangan adalah orang yang bertanggungjawab dan memang orang yang nyaman
untuk bisa hidup bersama.
Disudut
manapun pasti akan ada orang yang bersifat baik dan buruk. Mungkin orang-orang
yang termakan dengan stigma ini hanya mendengar saja, atau mungkin punya
pengalaman yang buruk dengan orang tersebut. Harusnya, dia juga berteman dengan
orang lainnya. Karena sulit sekali memvalidasi orang berdasarkan asal
daerahnya, susah teman.
Jadi,
kalau misalnya kamu sudah menemukan kriteria yang pas, sementara dia berasal
dari daerah yang banyak stigma, sudahlah jangan ditelan mentah-mentah. Nanti yang
nikah dan menghadapi rumah tangga kan kamu. Coba banyak shalat istikharah atau
banyak berdoa, memantapkan hati ketika orang baik datang.
Yuk
lah jangan kebanyakan mikirin kata orang. Mungkin boleh didengar tapi jangan
lupa saring dan mantapkan hati, lalu pilih apa yang kamu mau. Nah, kalau masih
belum ketemu pasangannya, ya sudah banyakin usaha dan doa, Tuhan nggak tidur kok.
Jadi
gimana? Masih tetap ada stigma berdasarkan asal daerahnya?
Komentar
Posting Komentar