Maafkan Ayah Momi

 


Foto by: Gatra.com

Kenalkan namaku Momo, aku adalah seekor gajah jantan yang baru saja kehilangan betinanya. Sedih rasanya menghadapi kehidupan tanpa pasangan, aku harus menghibur diriku sendiri supaya tidak berlarut sedih. Aku harus tetap kuat menjalani kehidupan yang kejam ini. Aku tidak boleh menyerah, karena ada anakku yang harus aku rawat dan aku ajarkan bertahan dari sekawanan makhluk yang memiliki dua kaki dan dua tangan, mirip seperti monyet, hanya saja mereka tidak berbulu dan tidak bergelantungan. Biasanya mereka membawa sebuah benda panjang, mirip sebuah busur, tapi bukan busur, karena saat mereka berada dalam jarak yang jauh, mereka masih bisa melakukan serangan dan berbunyi keras.

Anakku harus bisa bertahan,

Hari itu aku mengajari anakku bernama Momi, aku mengajarkan Momi mencari makan dan memberi tahu jenis tanaman yang paling enak untuk dimakan

“Momi, kamu bisa makan tumbuhan ini ya, kamu tidak boleh makan tumbuhan ini”, Aku menunjuk sebuah bunga yang kalau mendekat bisa memakan mangsanya, sekawananku sering menyebut bunga bangkai.

“Baik Ayah, aku akan makan tumbuhan yang Ayah beritahu saja”, Momi mengangguk seperti paham maksudku

Momi tiba-tiba saja bertanya hal yang membuatku mengingat akan masa lalu

“Ayah, kenapa Momi tidak punya Ibu seperti gajah yang lain?, Momi kan juga ingin merasakan kasih saya Ibu”, Momi melihat ke arahku

“Momi, Ayah sebenarnya sudah lama ingin menceritakan kejadian ini, karena Momi sudah besar dan ingin mengetahui kejadiannya, maka Ayah akan menceritakannya, sampai hari ini Ayah ingat sekali kejadiannya”, Aku mulai mengatur nafas untuk bercerita masa lalu kelam kepada anakku, dia harus tahu pikirku

“Saat itu, Ayah dan Ibu sedang asik menikmati air di pinggir sungai, lalu ada burung gagak yang memberi tahu kalau ada sekelompok makhluk yang mirip monyet beramai-ramai datang ingin menangkap kita, hutan sedang dalam keadaan yang tidak aman, semua hewan di hutan mencari tempat persembunyian yang aman, gagak berkeliling untuk memberi tahu semua hewan bahwa hutan dalam keadaaan bahaya. Ayah dan Ibu bergegas berlari mencari tempat persembunyian, tapi kami mendengar suara berisik dari arah yang sangat dekat, tidak hanya itu, kami juga mendengar suara sekawanan gajah lain yang meraung kesakitan. Ayah bergegas berlari bersama Ibu, tapi saat berlari, kaki Ibu tersangkut di salah satu akar tumbuhan, dia terjatuh, Ayah mencoba untuk membangunkannya, tapi dia kepayahan. Sampai Ayah melihat ada bunyi yang keras, tepat mengarah di samping Ayah, Ibu terkena isi dari benda mirip busur panjang itu dan mengeluarkan darah. Kalimat terakhir Ibumu adalah “Ayah, pergi sekarang juga, jangan pernah tinggalkan Momi sendirian, rawat dia dengan baik, pergi Ayah, pergi”, Ayah akhirnya berlari dan melihat dari kejauhan, mereka menangkap Ibumu, Ayah telah gagal melindungi Ibumu, itulah kalimat terakhir Ibumu kepada Ayah, untuk selalu menjagamu dan merawatmu, Momi”, Air mataku keluar tanpa sadar

“Maafkan Momi Ayah, Momi tidak bermaksud membuat Ayah sedih, Momi hanya ingin tahu keberadaan Ibu, Momi sedih mendengarnya yah, kenapa ada makhluk yang mengincar kita seperti itu yah? Apa yang mereka cari dari kita?”,Momi penasaran

“Ayah tidak tahu apa yang mereka cari dari kita, tapi gajah yang berhasil selamat pernah berkata, kalau mereka mengambil gading kita”, Penjelasanku juga sulit ku pahami, mengapa demi mencari gading sampai membunuh?

Sejenak kami terdiam

“Kenapa semakin hari, kita semakin sulit mencari makan yah?, kadang kita muncul di antara lingkungan makhluk yang mirip monyet itu, kita dikejar dan diburu. Hutan ini sepertinya sudah tidak ramah, apa yang harus kita lakukan yah?”, Momi bertanya padaku dengan antusias

“Ayah juga tidak tahu, sepertinya Makhluk itu ingin menguasai semua yang ada di hutan ini, mereka juga tidak segan mengotori air sungai yang biasa kita minum, kita kadang merasa kelaparan, karena banyak tumbuhan yang mereka tebang, mungkin saja, kita hanya menunggu seleksi alam, menunggu saat yang punya alam semesta mengambil kembali apa yang sudah diberikan”, Aku menjelaskan sekenaku kepada anakku

Tanpa sadar kami sudah berbicara tanpa melihat arah jalan, kami berada di pinggir hutan, tak sengaja Momi terjungkal masuk ke sebuah kubangan mirip lumpur dan dalam seperti sumur.

“Ayah, tolong Momi, Ayah jangan tinggalkan Momi”,

“Momi, kamu tunggu di sini Ayah mencoba cari bantuan”, Aku panik dan segera mencari bantuan, tapi aku tidak menemukan kawanan yang bisa dimintai tolong

Saat aku kembali melihat Momi anakku, ternyata sudah ada kerumunan makhluk yang mirip monyet berkerubung dan menarik Momi dengan sebuah tali. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan pada Momi, Apakah mereka juga akan membunuh Momi? aku telah gagal kedua kalinya melindungi orang yang ku sayang. Aku melihat dari kejauhan, aku merasa bersalah saat tidak bisa melindungi anakku, Momi maafkan Ayah.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Raih Prestasi Internasional Berkat Menulis

Bernostalgia di Aplikasi Facebook

Writing By Heart