Terlambat



“Tik tok, tik tok”, bunyi jam dinding di rumah Mira. Nampaknya sudah sejak tadi Mira melamun dan memikirkan sesuatu.

“Hei, kamu kenapa sih?”, Ibu Mira mengganggu lamunanya

Mira agak ragu bicara kepada Ibunya, tapi karena Mira memiliki sifat yang terbuka, dia akhirnya menyampaikannya

Ini bu, aku lagi bingung nih, jadi aku tuh suka sama sahabat aku sendiri, dia baik banget sih orangnya, menurut Ibu, aku ngasih tahu dia perasaan aku atau diam aja?”, Mira menjelaskan dengan penuh semangat.

“Mira udah dewasa untuk menentukannya, menurut Ibu, Mira harus sampaikan apa yang Mira rasakan, tapi resikonya memang harus diterima, yang penting Mira nggak jadi penasaran dan bisa memberi tahu apa yang saat ini terjadi pada Mira”, Ibu menyampaikan sambal mengelus kepala anaknya.

“Tapi, Mira takut bu, takut ditolak, lagian juga cewek gengsilah ngasih tahu duluan kalau suka”. Mira menyampaikan dengan wajah masam.

“Nah, makanya tadi Ibu bilang harus menerima konsekuensinya. Jatuh cinta memang indah, tapi harus jelas muara cintanya, lagian juga nggak ada yang salah kok cewek yang duluan bilang, Ibu dulu juga gitu ke Ayah, ya untungnya Ayah juga demen nih selama ini ke Ibu, hahaha, jadi makin cepat deh urusan cintanya, tujuan hubungannya jadi jelas gitu, kita putusin bareng-bareng buat serius”. Begitulah Ibu Mira menjelaskan.

“Oke deh bu, aku coba sampein nanti sama sahabat aku ini, tapi aku harus siapin hati aku dulu, buat terima resiko kalau nanti hasilnya nggak baik”. Mira semangat berbicara kepada Ibunya.

Hampir setahun Mira meyakinkan hatinya untuk berani mengatakan kepada sahabat baiknya, Mira memiliki sahabat laki-laki yang bernama Tian. Tian di mata Mira adalah sosok laki-laki yang selalu ada saat terburuk dalam hidup Mira. Tian selalu hadir sebagai orang yang selalu menjadi pelindung di manapun Mira berada. Bahkan mereka sering digosipkan berpacaran, karena sering bersama, mereka satu tempat kerja dan kebiasaan bersama membuat Mira merasa jatuh cinta dengan kebaikan Tian.

Malam itu Mira sudah memakai baju terbaiknya, dandan dengan cantik untuk bertemu Tian. Tian menjemputnya ke rumahnya

“Eh, kok lu cantik banget sih, mau kemana lu? Kita kan cuma pergi makan bakso doang”, Tian meledek Mira

“Yaelah, nggak papa kali gue sekali-kali dandan cantik, kali aja gue ketemu jodoh nanti”, begitu timbal Mira

Tian dan Mira mulai berangkat ke tempat favorit mereka. Di sana Mira rencananya buat ngasih tahu ke Tian apa yang dia rasakan selama ini kepada Tian.

“Lu mau pesan apa Ra?”, Tian memesan makanan

“Gue Somay aja, lagi kangen makan somay nih”, begitu kata Mira

“Oke, gue, mau bakso deh kayaknya, enak nih dingin-dingin makan bakso”

Tian mulai memesan makanan ke pelayan, sambil menunggu makanan, mereka cerita banyak hal, seperti biasa, mereka bisa ngobrol tentang apa saja, tertawa lepas.

“Ra, bantuin gue ngadukin bakso gue dong, gue nggak tahu takaran kalau makan bakso, kadang kepedasan, kemanisan gitu, boleh sekali-kali lu yang bikin takarannya buat gue”, Tian mencoba menggoda atau memang nggak bisa

“Oke, sini gue takarin yang enak buat lu, tapi lu makannya harus lahap ya”, kata Mira

“Oke, siip”, Tian mengacungi jempolnya ditambah senyum manisnya

Mira berkata dalam hati, Duh nih anak pakai senyum-senyum lagi, gimana cara gue nyampein ya

Makanan udah  habis dimakan, Saatnya Mira membuka suara untuk menyampaikan apa yang ada di hatinya

“Tian, gue mau sampaikan sesuatu ke lu, ini serius ya, jadi jangan lu anggap becandaan, tapi gimana nyampeinnya ya”, Mira mulai serius menatap mata Tian

“Apaan sih, biasa aja kali, ya, ngomong apaan?”, Tian balik menatap

“Gue tuh, sebenarnya suka ama lu, gue nggak tahu ya, selama beberapa lama kita bareng, gue ngerasa nyaman sama lu, gue pikir lu orang yang tepat buat sama-sama gue nanti di masa depan”, Mira bergetar menyampaikan

Tian agak terdiam

“Lu seriuskan Ra, gue nggak nyangka lu suka gue, tapi jujur nih, gue tuh senang sahabatan ama lu, gue ngerasa jadi diri gue sendiri kalau bareng lu. Tapi gue pikir nggak mungkin aja gitu kita bareng, karena hasrat gue ke lu tu buat jadi sahabat baik, bukan buat dipacarin atau buat serius gitu”, Tian menjawab dengan kalimat yang agak tertata, meski sebenarnya Tian juga agak bingung dengan perasaaanya, jadi kata-kata ini yang keluar dari bibirnya.

Mira menjawab dengan mata berkaca-kaca

“Gue mau sampaikan, kalau malam ini malam terakhir gue di sini, maaf gue baru bilang ke lu Tian, kalau gue udah resign dan besok pagi gue harus berangkat ke Singapur, gue keterima kerja di sana, jadi kalau misal lu nerima gue, kita bisa bangun sama-sama hubungan ini, gue bisa tolak kerjaan gue yang di sana dan bangun serius sama lu di sini atau lu mau ikut gue ke Singapur, kita bangun semuanya bareng-bareng”

 

Tian terdiam cukup lama,

“Gue terima kasih banget sama lu Ra, gue sangat berterima kasih lu bisa suka sama gue, gue bener-bener kayak mimpi denger lu bilang ini ke gue, soalnya lu kayak nggak pernah cemburu atau sedih gue deket sama cewek lain gitu, jadi gue anggap lu nggak punya rasa ke gue, oke pure sahabatan doang” begitu kata Tian meyakinkan

“Iya, gue juga bingung kenapa bisa gue suka sama lu, tapi saat lu deket sama cewek lain, gue sedih, tapi gue mikir lagi, selama lu bahagia dan senang, ya nggak papa, terus sekarang lu lagi nggak sama siapa-siapa, makanya gue bilang ini ke lu, tapi jawaban lu tadi, membuka mata dan hati gue untuk bisa terima itu, gue udah plong sekarang dan udah nyampein apa yang gue rasakan, makasih ya udah jadi sahabat baik gue” Mira menjawabnya dan mengakhiri dengan senyuman

Malam itu terasa agak canggung, Tian mulai mengajak Mira pulang, diperjalanan pulang, Tian melambatkan kendaraannya,

“Ra, makasih udah suka gue ya”, Tian membuka suara

“Iya, lu harus nyari kebahagiaan lu ya, lu jangan sok baik sama semua cewek, nanti cewek jadi Baper ama lu, boleh baik, tapi jangan sampai salah kaprah”, Mira menepuk bahu Tian

“Iya, gue mungkin sering baik sama cewek ya, jadi gue sering di deketin cewek, tapi jujur gue bingung sama perasaan gue sendiri, Pokoknya kita sahabatan terus ya, apapun yang terjadi lu sahabat baik gue selamanya, janji ya,”Tian mengacungkan tangan kelingkingnya untuk membuat janji klise

“Oke, sip, makasih udah baik sama gue ya, gue juga mau bilang, lu orang yang beruntung karena bisa meluluhkan hati gue, awalnya gue juga bingung dan meyakinkan berkali-kali, ya udah gue kasih tahu aja apa yang gue rasa, doain gue ketemu orang yang baik ya yang bisa terima gue”, Mira membalas dengan senyuman

“Iya pasti gue doain”, Tian membalas sambil menambah kecepatan kendaraannya

Tian sebenarnya juga bingung, apakah kenyamanannya bersama Mira adalah cinta,  meski dia juga tak ingin kehilangan Mira.

Tian sudah sampai di rumah Mira dan berpamitan pulang

“Gue pamit pulang ya, besok gue antar lu ke bandara ya, lu pergi jam berapa?”

“Nggak usah, gue diantar nyokab sama saudara gue, lu besok kan juga ada meeting sama orang penting, nggak usah ya”, Mira menolak, karena nggak pengen hatinya sedih pisah sama Tian, meskipun dia udah menerima keputusan Tian.

“oh ya, kok lu yang ingat ya, maaf gue nggak nganterin lu ya, besok lu hati-hati dan kasih tahu kalau udah sampai ya” bujuk Tian

 “Oke, sip” Mira mengacungi jempolnya

Tian berlalu pergi dan Mira masih melihat punggung Tian, Mira sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan, mau sekuat apapun, seberani apapun menyampaikan, tapi kalau hanya satu hati yang berjuang, itu bakal sakit banget, Mira mencoba belajar melupakan Tian, sahabat jadi cinta terjadi pada dirinya.

Dalam perjalanan pulang, Tian banyak merenung, dia berpikir cukup keras dan mencoba meyakinkan hatinya kalau keputusan yang dia ambil adalah keputusan yang tepat. Meskipun dia bingung apakah ini keputusan yang benar.

Waktu berlalu begitu cepat, sudah sebulan kepergian Mira. Tian yang setiap hari kerja bareng Mira merasa kehilangan, ada sesuatu yang aneh di hati Tian yang beda dari biasanya. Apakah dia salah mengambil keputusan waktu itu, Tian rindu mendengar suara Mira, dia ingin sekali bertemu dengan Mira.Beberapa kali dia ingin menghubungi Mira, tapi sudah diketik, dihapus lagi, diketik dihapus lagi. Tian dalam keadaan yang membingungkan.

Seketika itu dia mengurungkan niat untuk menelpon Mira, dia memilih melihat postingan instagram Mira, Tian terkejut saat tahu Mira akan segera menikah, wajah polos Mira yang cantik bersanding dengan seorang lelaki tampan di sebelahnya, memamerkan cincin bertuliskan H-7 Married.

Tian terdiam cukup lama, dan memandangi foto Mira sambil memegang hatinya yang terasa sakit, air mata berlinang dipelipis matanya, Tian mulai menyadari kalau dia menyukai Mira, dia menyesal, kenapa dia tidak jujur ke Mira tentang perasaannya, kenapa dia bingung dengan hatinya, sedangkan sekarang Mira benar-benar bersama orang lain. Tian terlambat menyadari perasaan cintanya kepada Mira.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Raih Prestasi Internasional Berkat Menulis

Bernostalgia di Aplikasi Facebook

Writing By Heart