Terkena Virus Writer’s Block? Begini Cara Mengatasinya

 


Oleh            : Pipi Miralini

Resume       : 7

Gelombang : 29

Tanggal       : 10 Juli 2023

Tema           : Mengatasi Writer’s Block

Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr

Moderator   : Ahmad Fatchudin

 

Menulis menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan jika dapat ditekuni dengan baik dan konsisten. Namun, dalam dunia kepenulisan pasti pernah kehilangan ide, merasa stag dan malas untuk memulai kembali, merasa benar-benar buntu untuk menulis. Lalu bagaimana cara menghadapinya? Hari senin tanggal 10 Juli 2023 KBMN menghadirkan narasumber yang membahasnya yaitu Bu Ditta Widya Utami., S.Pd., Gr seorang ibu guru muda yang berprestasi, terlihat dari karya-karya yang dihasilkan. Selain itu, ibu Dita juga merupakan guru yang berprestasi, hal ini dibuktikan dari profilnya yang tertulis di tahun 2022 mendapatkan penghargaan dari Bupati Subang.

Menariknya Bu Dita baru saja selesai menulis modul implementasi kurikulum merdeka bersama dua rekan guru lainnya. Kelas malam itu dimulai dengan pertanyaan seolah sedang adanya asesmen diagnostic yaitu penilaian untuk mendiagnosa kendala yang dihadapi dalam menulis. Rata-rata menjawab karena sibuk dan rasa takut nggak bagus, takut di kritik dalam menulis.

Menurut Bu Dita banyak orang yang bisa menulis, tetapi kadang penulis dihadapi dengan WB atau Writer’s Block yaitu kondisi dimana ide menulis seolah menguap, penulis mengalami perlambatan dalam menulis, serta berbagai kondisi lain yang membuat tulisan tidak kunjung menemukan titik akhir. Kalau dalam Wikipedia dijelaskan bahwa writer’s block diartikan sebagai keadaan ketika penulis merasa kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk menulis. Kondisi ini, jika dibiarkan akan berakibat fatal bagi penulis, sehingga bisa tidak produktif lagi menulis.

Apa yang disampaikan Bu Dita juga saya rasakan. Saya mulai menulis saat di bangku sekolah menengah pertama, disana saya suka menulis jurnal yang masih sebatas diary atau kegiatan sehari-hari. Tahun 2014 saya mulai berkenalan dengan blog dan mulai sering menulis seputar cerpen dan puisi. Cita-cita saya dulunya yaitu ingin menerbitkan buku solo yang original karya saya sendiri. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa semangat menulis saya turun naik, disebabkan oleh kesibukan dalam bekerja. Saya kadang menemukan banyak ide di kepala untuk judul tulisan, sayangnya tidak semua dapat saya realisasikan karena kesibukan yang sulit saya atur, terutama saat menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) yang kadang sudah membuat saya Lelah untuk sekedar melihat leptop.

Ternyata apa yang saya hadapi itu berbahaya jika tidak diatasi, menurut Bu Dita, WB ini dapat menyerang siapa saja, ibarat sebuah virus. Namun WB apakah dapat diatasi? Tentunya dong. Karena kata Bu Dita “Penulis sejati tak pernah mencari alasan tak bisa menulis”.

Pertanyaan berupa poling diberikan Bu Dita kembali di WA KBMN, Ketika merasa kesulitan menghasilkan tulisan, apa yang biasanya dilakukan? Nah, kalau saya akan memilih untuk healing dan membaca referensi tambahan, boleh dua yang dipilihkan bu? hihi. Jawaban yang dipilih untuk mengatasi WB ternyata adalah cara untuk mengatasi WB.

Bu Dita kembali menjelaskan kalau untuk mengatasi WB dapat dilakukan dengan mengaktifkan kelima panca Indera, beri sejenak untuk refresh, mesin saja bisa rusak kalau dipakai. Apalagi kita sebagai manusia, berilah jeda sejenak untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan mood. Jika penyebab menulis karena rasa takut di kritik maka sebenarnya tidak perlu mengkhawatirkan penilaian orang lain. Lalu jika penyebab menulis karena terlalu perfeksionis maka hal ini bisa membunuh kreativitas. Seandainya penyebabnya kurang inspirasi maka tinggal dibaca, lihat, dengar hal yang dapat menginspirasi.  Kalau Lelah fisik dan mental, maka siapkan sebaik mungkin tempat untuk menulis.

Bu Dita juga menambahkan untuk menggunakan alat-alat yang sederhana untuk menulis. Menggunakan alat baru kadang membutuhkan waktu untuk beradaptasi, disarankan untuk mencoba teknik menulis free writing atau menulis ekspresif. Menulis bebas bahkan disarankan oleh psikiater dalam mengobati pasiennya. Menulis saja seperti saat dikejar singa.

Tentang semangat untuk tidak berhenti menulis, saya mendapatkan sebuah kutipan sebagai penutup resume ini yaitu

“Menulis merangsang pemikiran, jadi jika kamu tidak bisa memikirkan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis.” (Barbara)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Raih Prestasi Internasional Berkat Menulis

Bernostalgia di Aplikasi Facebook

Writing By Heart