Dulu Aku di Cap Sebagai Peramal



Foto by Google

Aku tidak punya keahlian khusus sebagai peramal, tapi kata ibuku aku mungkin bisa tahu kepribadian orang dari awal bertemu. Hahaha, mungkin naluriku berkata aku bisa melakukannya. Sehingga banyak yang bertanya tentang dirinya padaku. 

Dulu zaman masih bocah, tepatnya SMA. Aku selalu diminta teman untuk meramal tentang dirinya. Cara meramal yaitu dengan metode baca garis tangan. Ya, aku membaca garis tangan yang ada sesuai versi dan persepsi aku, dimana aku belajar? Aku belajar dari tetanggaku yaitu nenek-nenek. Nenek itu mengajariku dan mempraktikan sendiri pada garis tanganku. Ya, begitu saja aku bisa sedikit membaca.

Sampai akhirnya teman-teman dikelasku mengantri untuk dibacakan garis tangannya olehku. aku sempat bilang,” jangan terlalu percaya ya, nanti dosa”. Permainan membaca garis tangan itu cukup menghibur waktu dikelasku. Namun uniknya beberapa yang aku ramal memang menjadi kenyataan, aku nggak mau bilang aku percaya, apapun yang aku katakan itu hanya permainan semata, tapi terbukti jalan hidup temanku sesuai dengan apa yang aku gambarkan beberapa tahun lalu. Bahkan ada yang mencari-cari aku dan menceritakan apa yang aku katakan tentang dirinya. 

Ternyata tidak sampai disitu saja. Permainan ramal-ramalan ini juga sampai dimasa perkuliahan. Nah, kalau disini aku memainkannya pakai kartu Remi. Kok bisa? Aku belajar dari ibu temanku, waktu kecil sering main dirumah temanku dan aku melihat ibunya selalu memainkan kartu dan membacanya. Jadi, dengan antusiasnya aku ikut nimbrung dan Tanya-tanya juga nih maksudnya apa. Akhirnya bisa baca kartu dan teman-teman juga banyak yang minta dibacain. Tapi aku juga bilang bahwa itu hanya permainan jangan dipercaya. Sayangnya, ada yang percaya dan nyari aku terus untuk Tanya kelanjutannya. Ya, aku pasrah aja waktu itu.

Sekarang apakah aku masih bisa melakukan permainan diatas? Aku katakan bahwa aku TIDAK bisa lagi. Karena apa? Sebelum aku tahu aku pikir itu hanya sekedar permainan. Tapi setelah aku menyadari dan mencari tahu kebenarannya bahwa yang ku lakukan adalah syirik kecil. Syirik yang bisa jadi besar jika orang lain percaya. Kenyataannya banyak temanku yang percaya dengan permainan itu, aku menjadi semakin takut untuk kembali memainkan permainan yang tidak hanya shalatku tidak diterima selama 40 hari, tetapi juga masuk ke neraka jahannam. 

Aku sangat merasa bersalah karena permainan itu mempengaruhi orang lain. Aku tidak akan memainkannya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri dan Rabb ku. Aku sangat meminta maaf kepada orang yang sudah terlanjur mempercayai kata-kataku pada permainan itu. Aku tidak mau terjerumus lagi kedalam lingkaran permainan yang nampak seru namun menyimpan dosa didalamnya.

Saat ini, aku juga mencoba untuk tidak percaya dengan ramal-ramal seperti ramalan bintang atau zodiac meskipun aku suka membacanya. Aku harus terus belajar dan memperkuat aqidah walaupun masih tahap berproses. 

Jadi, buat kamu jangan pernah mencoba untuk bertanya kepada peramal atau malah menjadi peramal ya, karena hidup ini menyimpan misteri yang hanya Allah yang tahu. Tugas kita hanya terus optimis dalam hidup dan melakukan apa yang diperintahkan. Takdir kita Allah yang mengatur, apa yang terjadi dimasa depan hanya dirinya lebih tahu, berserah dirilah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Raih Prestasi Internasional Berkat Menulis

Bernostalgia di Aplikasi Facebook

Writing By Heart